Tren Asia – Metro Pacific Tollways Corp (MPTC), perusahaan jalan tol yang teraffiliasi dengan Grup Salim, menandantangani penandatangan perjanjian pembelian saham bersyarat (PPJB) sebanyak 35% saham PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR).
Proses akuisisi dilakukan oleh MPTC melalui MPT Indonesia Services dan PT Margautama Nusantara (MUN). MUN sendiri adalah perusahaan dengan kepemilikan 61,13% saham oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), 33% oleh Government of Singapore Investment Corporation (GIC), dan 5,85% oleh investor asal Jepang.
Corporate Secretary META Dahlia Evawani mengatakan bahwa pihaknya bersama investor telah menandatangani PJJB dengan JTT selaku pengelola Jalan Tol Trans Jawa yang memiliki panjang 673,21 km, pada 28 Juni 2024, kemarin.
“Transaksi ini mencakup pembelian 6.200.042.303 saham milik JSMR dan 205.459.492 saham milik Koperasi Konsumen Karyawan Jalin Margasejathera (KKJM), serta penerbitan 1.208.585.244 saham baru kepada MPTIS dan para investor,” jelasnya dalam keterbukaan informasi pada Senin, 1 Juli 2024.
Setelah penyelesaian transaksi, para investor akan memiliki 35% saham di JTT, setara dengan 7.614.087.039 saham. Sayangnya, nominal akuisisi ini belum diketahui. Meski begitu, langkah akuisisi ini diharapkan dapat memperkuat portofolio META di sektor infrastruktur jalan tol dan berkontribusi signifikan terhadap pengembangan infrastruktur nasional.
Selain memperluas portofolio investasi, kata Dahlia, transaksi ini juga diharapkan meningkatkan sinergi antara perusahaan milik negara dan swasta dalam memberikan layanan terbaik bagi pengguna jalan tol
“Tidak ada dampak negatif terhadap operasional, hukum, atau kondisi keuangan META dari transaksi ini. Selanjutnya, META akan menyampaikan tambahan informasi apabila jika ada perubahan yang relevan di masa mendatang,” pungkasnya.
Potensi Kurangi Utang
Analis Sucor Sekuritas, Niko Pandowo, dalam risetnya menyebutkan bahwa JSMR akan diuntungkan dari divestasi sebagian saham ruas tol JTT tahun ini. Kabar yang beredar, nilai divestasi itu diperkirakan lebih dari Rp11,6 triliun, yang sebagian besar akan digunakan untuk mengurangi utang.
Merujuk laporan keuangannya, JSMR mencatat total liabilitas sebesar Rp90,87 triliun hingga akhir Maret 2024, dibandingkan dengan Rp90,40 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sebagian besar utang tersebut adalah utang jangka panjang sebesar Rp69,48 triliun, termasuk utang bank dan obligasi.
“Meskipun divestasi bisa menurunkan total utang jangka pendek, kami tetap mengantispasi peluang kenaikan rasio utang JSMR ke level sebelumnya untuk jangka panjang, karena perusahaan perlu mengamankan pembiayaan besar untuk pembangunan lima ruas tol berikutnya,” tulisnya dalam riset tertanggal 27 Juni 2024.
Senada, Investment Analyst Stockbit Sekuritas Arvin Lienardi mengatakan aksi korporasi ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi JSMR. “Dana segar dari divestasi ini dapat digunakan untuk asset recycling dan/atau memperkuat balance sheet perusahaan melalui deleveraging yang dapat menurunkan beban bunga,” jelasnya dalam riset tertanggal 25 Juni 2024.