

Sucor Extreme Team pun langsung bergegas untuk mengupas tuntas masalah ini dan mengulasnya dalam On-The-Ground (OTG). Bagaimanakah keadaan para pengusaha dan bisnis yang terdampak? Sejauh mana dampaknya terhadap usaha mereka? Dan, bagaimana mereka menghadapi situasi ini serta usaha apa yang mereka lakukan untuk bangkit?
Dalam kasus ini, bisnis agensi travel Haji & Umroh, penjual perlengkapan Haji & Umroh dan maskapai penerbangan merupakan pihak-pihak yang paling terkena imbas. Kami pun langsung menyebarkan kuisioner ke para jemaah yang tertunda dan melakukan peninjauan ke lapangan. Kami mendatangi pasar Tanah Abang dan Thamrin City dan melakukan survei terhadap pengusaha di sana. Selain itu, kami juga melakukan wawancara terhadap beberapa agen tour & Travel Haji dan Umroh, serta perwakilan dari Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi agensi travel secara umum saat ini.
Kreativitas para agen travel Haji & Umroh menghadapi situasi ini
Saat kami mengunjungi salah satu agen travel Haji dan Umroh, sang pemilik menyatakan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan sama sekali semenjak Haji atau Umrah tahun ini resmi dibatalkan. Dia bahkan terpaksa merumahkan atau menghentikan gaji sebagian karyawannya sementara ini.
Kami mengunjungi salah satu agen travel Haji dan Umroh, pemilik menyatakan bahwa sejak Umroh ditutup pada akhir Februari lalu, kemudian berlanjut ke pembatalan Haji di Juni, penerimaan dari penjualan paket Haji dan Umroh juga tidak ada sama sekali. Ia harus merumahkan sebagian karyawan untuk sementara waktu sampai keadaan pulih kembali dan bisnis bisa beroperasi normal.


Dari hasil kuisioner, kebanyakan jemaah telah pasrah terhadap pembatalan haji tahun ini. Terlepas dari hal tersebut, para jemaah tetap optimis. Sekitar 90% memilih untuk tetap menyimpan dana Haji tahun ini untuk keberangkatan Haji berikutnya. Ini menandakan bahwa kepastian terhadap keberangkatan Haji bagi 221,000 jemaah yang batal perlu diperhatikan, karena kuota yg terbatas dan ekspektasi dari para jemaah untuk terus bisa melaksanakan Haji.

Ketika kami berkunjung pasar Tanah Abang dan Thamrin City, suasana di sana begitu sepi dan banyak toko yang tutup. Menurut para penjual perlengkapan Haji atau Umroh, lebaran dan haji biasanya merupakan momen yang ditunggu-tunggu karena penjualan bisa naik lebih dari 50%. Akan tetapi, dengan adanya penutupan toko selama hampir 3 bulan karena penerapan PSBB pendapatan mereka pun terhenti. Walaupun mereka telah kembali berjualan sejak 15 Juni, namun pengunjung yang datang tidak banyak dan penjualan mereka pun turun sampai 80%.


Salah satu hal menarik yang kami temukan dari para penjual adalah tidak satupun dari mereka yang memiliki hutang pada bank, dan modal usaha mereka saat ini berasal dari kantong sendiri. Dengan berbisnis tanpa beban membuat para pemilik toko dapat bertahan lebih lama dalam situasi buruk dan dapat lebih fokus mencari solusi usaha karena terbebas dari beban pikiran untuk membayar tagihan hutang.

Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang pembatalan Haji dan Umroh? Anda bisa simak laporan selengkapnya disini.