Mendadak Dikejar Zombie
09 February 2022
Mungkin dari sekarang, sampai epidemi ini selesai, cerita zombie akan semakin relevan untuk kita semua.

Baru saja selesai hype dari serial Netflix Kingdom, sekarang Instagram dan Twitter saya di bombardir oleh topik All of Us are Dead. Ini serial zombie juga, hanya kalau Kingdom itu versi kerajaan Korea tempoe dulu, film zombie yang baru ini lebih modern, bercerita tentang virus outbreak di sekolah zaman sekarang.

Buat kalian yang ingin tahu apa sih All of Us Are Dead, Spoiler alert, kisah ini berawal dari seorang guru IPA, Lee Byeong-chan dari sekolah Hyosan yang berexperimen ke seekor hamster, saat ia merasa depresi atas kehidupannya.

Anaknya di bully, dan didorong oleh temannya dari atas genteng. Mungkin termotivasi dari kesedihan dan rasa muak terhadap sekitar, Lee Byeong-chan lalu menyuntikan virus berbahaya ke hamster ini.

Beberapa lama kemudian, tak sengaja hamster yang di letakan di lab sekolah mengigit seorang murid perempuan. Awalnya semua guru takut dan khawatir, sampai mereka mengurung murid ini di ruang lab selama empat hari. Jangan ada yang dekat-dekat.

Tetapi akhirnya murid yang terjangkit virus ini lolos, dan mulai menggigit seorang staff sekolah. Lalu sang staff mengigit orang lain lagi, dan seterusnya seperti domino effect. Virus zombie pun menyebar seketika lewat gigitan dan darah dari orang-orang yang darahnya bersentuhan.

Akhirnya setelah hampir seluruh sekolah tergigit. Mungkin hanya sekitar 15 murid yang selamat.

Nah, kisah All of Us Are Dead bercerita bagaimana murid-murid yang terjebak di tengah situasi yang kacau mencari jalan keluar.

Kelaparan, di ruangan terkunci, mereka menunggu polisi atau pemadam kebakaran, atau siapapun agar bisa selamat dari zombie yang menunggu di depan ruang kelas. Tapi… tidak ada yang datang.

Serial ini, seperti kisah zombie yang lain, memang terfokus kepada insting bertahan hidup. Tetapi, kalau film zombie lain biasanya diperankan oleh orang dewasa, ilmuwan, atau orang-orang yang sudah mapan, uniknya cerita kita yang kali ini berkisah bahwa pahlawan, atau heroesnya adalah anak-anak remaja.

Loh? Kenapa kok anak SMA yang dijadikan heroes? Bukannya mereka terkesan labil, dan suka ambil keputusan yang ngawur. Kenapa gak orang dewasa saja?

Saat saya coba membaca testimoni dari sang penulis cerita All of Us Are Dead, Lee Jae Kyoo, filosofinya cukup unik.

Anak muda vs. Orang Dewasa.

Salah satu sisi yang ingin ditonjolkan Lee Jae Kyoo adalah perbedaan bagaimana kita merespon sebuah krisis. Perbedaannya sangat jelas.

Disaat dihadapkan oleh zombie outbreak, orang dewasa di serial ini masih sibuk dengan hal-hal yang melekat kepada diri mereka. Status, politik, atau kepentingan ego pribadi, sampai mereka lupa bahwa survival dari orang-orang sekitar itu hal yang terpenting. Mereka cenderung lelet untuk mencari jalan keluar. Tidak ada sense of urgency.

Sedangkan sang heroes, yaitu murid-murid yang kepepet dikejar zombie mau tidak mau harus mencari cara sendiri. Pokoknya harus selamat, dan juga selamatkan orang sekitar sebanyak-banyaknya.

Ditengah situasi yang urgent semua orang muncul pribadi aslinya.

Anak yang penakut dan pemalu jadi pemberani, yang tukang bully menjadi penolong. Karena kepepet semua anak memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Self Growth.

Saya kagum pada series sederhana ini. Walaupun hanya fiksi semata, ini bisa menjadi reminder betapa kita menjadi orang yang berbeda sekali kalau tidak terdorong motivasi untuk ‘survive’ dan grow. Apa lagi semakin kita bertambah umur, sense of urgency untuk growing semakin hilang perlahan. Mungkin… karena kita sudah tergiur oleh dunia sekitar.

Psikolog Universitas Houston, Rodica Damian juga mengiyakan, “… Kalau sebagai orang dewasa, kita cenderung tidak sadar bahwa perlahan kita kehilangan sense of urgency. Rasa untuk melakukan sesuatu semakin hilang. Mental kita berubah.”

Duduk di kursi seorang investor, atau apapun perkerjaan kita, terkadang kita lupa bahwa kita masih perlu growth seperti anak remaja.

Pasalnya, jika tidak ada sense of urgency, kita akan cenderung menunda hal-hal yang penting untuk kita, apalagi seiring kita bertambah tua.

Janji untuk mencari hobi baru,

Menyelesaikan buku yang kita mau baca,

Memulai untuk berolahraga, pola hidup yang lebih sehat,

Mengambil kelas yang kita impikan

Atau menjalin hubungan dengan orang lain dengan lebih positif, misalnya.

Seorang teman mengatakan:

"In a future where people stop ageing after 25 and need to buy time to live, the rich become immortal while others cease to exist. So, Will is on the run with a hostage in a desperate bid to survive."

Apakah kita perlu di kejar dengan zombie-zombie harian untuk akhirnya memfokuskan diri ke “what truly

matters”, dan diancam survival kita untuk akhirnya mencari self-growth tersebut?

Tim Urban, seorang penulis pernah bercerita di podium Ted Talk, bahwa perasaan dikejar monster, atau zombie, itu penting agar kita segera melakukan apa menjadi benak tujuan kita.

Memang tidak ada zombie di kehidupan nyata (saya harap sih begitu). Tetapi Tim Urban bilang bahwa ada ‘zombie lain’ yang bisa mengingatkan kita bahwa kita ini hanya manusia biasa yang sebentar saja akan punah. Itu adalah salah satu trik Tim untuk kita berhenti menunda-nunda, dan getting distracted.

Caranya: menhitung hari, atau bulan. Kalau saya sekarang umur 27, dan targetnya hidup sampai 90, berarti saya cuman punya 63 tahun lagi.

63 tahun itu, 756 bulan, atau hanya 22995 hari.

Justru, adanya semakin kita bertambah umur, harusnya sense of urgency untuk grow semakin naik. Toh waktu kita sudah tidak banyak.

Memang angka bisa menipu. 22995 hari terkesan banyak. Tetapi, yuk kita melihat zombie dibawah ini. Kalau kita melihat buletan tersebut, itu sisa bulan yang saya punya.

Tidak banyak bukan? Mungkin kalau dipikir-pikir, ini lebih mengerikan dari zombie.

...
Baca aratikel lainnya:

Menyambung Layangan Putus

Investasi Sambil Rebahan di Tahun Macan Air

Gara-gara "Siapa tahu.."

Latte Factor

Written by Irwin Saputra
List of Authors
Subscribe
Get up-to-date information by signing up for our newsletter
Contact Us
We are happy to answer any questions you may have
Address
Sahid Sudirman Center
Jalan Jend. Sudirman Kav.86, Lantai 12
Karet Tengsin, RT.10/RW.11
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10220