Akhirnya,
the
big number 50.
50 itu hanya sekadar angka? Mungkin.
Tapi entah kenapa kita cenderung lebih
filosofis di hari ulang tahun. Apalagi di seputar angka cantik seperti 50.
Dengan sisi filosofis ini, setiap pertambahan
usia, misalnya, bisa diterjemahkan sebagai kesempatan buat menjadi lebih
dewasa.
Kata dewasa itu sendiri bersumber dari kata
Sansekerta
dewa dan
sya, yang kemudian disatukan menjadi
dewasa. Kata
sa dalam dewasa itu
berakar kata dari kata
sya yang
memiliki makna memiliki, kepunyaan, atau menyerupai.
Secara keseluruhan, dewasa artinya seseorang yang
sudah menginjakkan usia dari yang tadinya memiliki sifat kekanakan menjadi
lebih bijaksana bagaikan sifat-sifat dewa. Jadi dewasa itu artinya seseorang
yang mempunyai sifat sifat kedewataan, bijak, bajik, dan penuh cinta kasih.
Tentunya saya merasa kok jauh sekali dari
sifat-sifat kedewataan ini. Namun kesadaran akan arti kedewasaan ini membawa
kerangka berpikir yang seakan mengingatkan untuk mampu
slow down dan lebih
aware
akan keindahan di sekitar kita. Dengan berfokus pada keindahan di sekeliling, energi
kita akan berfokus pada hal-hal yang indah dalam hidup. Karena energi akan
mengalir ke arah fokus kita.
Saya belajar bahwa fokus pada hal-hal indah
ini amat penting, karena kebalikannya yaitu berfokus pada hal-hal negatif itu
akan mengkalibrasikan pemikiran dan energi kita pada hal-hal yang salah.
Saya mempunyai teman yang secara konsisten
memilih untuk berfokus pada hal-hal yang jelek di sekelilingnya. Teman ini
telah lama meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri. Mengunjungi Bali
setelah sekian lama hidup di luar negeri, teman ini langsung bercerita tentang
begitu banyak hal negatif soal Bali.
Mulai dari soal hotel pilihan di Bali yang
ternyata sudah tua dan kurang terawat, pelayanan hotel yang kurang baik, sampai
kartu SIM card ponsel yang cepat sekali habis dan sebagainya. Seolah tidak
mampu menemukan satu keindahan pun soal Bali!
Ibarat ke kebun mawar nan cantik dan hanya
berfokus pada duri mawar. Atau sedang menikmati kopi yang disiapkan oleh
seorang barista terbaik dan hanya berfokus pada sisi pahit kopi. Salah fokus,
dan sebenarnya sang teman secara tidak sadar sedang memilih untuk tidak
berbahagia. Harga yang harus dibayar karena memilih salah fokus ini amat mahal:
musti rela kehilangan kesempatan buat menikmati kebahagiaan yang sejati,
petualangan dan keindahan tersembunyi yang ditawarkan oleh kehidupan.
Soal Bali yang menjadi fokus pembicaraan,
belum lama ini saya berkesempatan buat kembali mengunjungi Bali. Di satu malam
yang sepi sendiri di bagian timur Pulau Bali, saya diberi kesempatan untuk
menikmati alam yang masih sangat asri. Satu-satunya yang bisa saya dengarkan
adalah senandung serangga dan nyanyian burung, bersamaan dengan suara dedaunan
yang diterpa angin lirih bertiup. Keheningan seakan mempunyai nyawa dan sedang hadir
menghibur.
Di saat keharuman angin segar sedang menyapa,
saya mendongak ke atas dan takjub menyaksikan langit yang sedang berbaik hati
dan tidak memilih untuk menghadirkan lembaran kosong. Begitu banyak bintang
sedang menghiasi langit, seperti lukisan di kanvas.
Masih di Bali, saya berkesempatan untuk
menikmati keindahan yang hadir dalam bentuk yang lain. Saat itu, saya sedang
berpikir apakah sedang mengalami kemajuan dalam hidup, dan apakah saya mampu
memandang dunia secara lebih baik melalui kacamata pengalaman hidup di saat
usia sedang mendekati angka 50?
Sebuah pencerahan terjadi di saat sedang
berpikir dan ini menimbulkan kesadaran betapa beruntungnya saya untuk bisa
sekali lagi mengenali keindahan di sekitar. Kali ini, yang memicu kekaguman
atas keindahan adalah kesempatan untuk menikmati karya arsitektur Andra Matin.
Karya seni yang begitu memikat hadir di depan mata saya: Hotel dan Villa Bisma
Eight di kawasan Ubud.
Sebagai seorang arsitek ternama di Asia, Andra
Matin menghadirkan sebuah karya yang terasa begitu memicu gairah dan rasa
sentimental pada saat yang bersamaan. Sulit untuk menjelaskan karya Andra Matin
ini dalam bentuk foto, karena ini adalah sebuah
cocktail dedikasi, kreativitas, dan semangat menghadirkan suasana
lirih dan
subtle yang meleburkan
rimbun pepohonan di luar dan interior bangunan. Perlu datang sendiri untuk
merasakan
magic yang sedang
disuguhkan buat panca indra kita.
Tekstur Bisma Eight yang sengaja dibuat mentah
terasa begitu memikat. Banyak detail, baik yang kecil dan tersembunyi atau yang
jelas terpampang, membuat saya kali ini merasa sangat bahagia usia saya sedang
bertambah.
Kalau mencoba sedikit berkilas balik, dua
dekade yang lalu saya pernah bekerja di London dan lokasi kantor kebetulan
persis berada di depan Paddington Station yang legendaris kecantikannya.
Anehnya, walau setiap hari lewat stasiun ini, saya gagal mengapresiasi
keindahannya. Entah kenapa dan kemana pikiran saya pada waktu itu. Kalau
diberitahu untuk belajar mengapresiasi keindahan Paddington, saya yakin akan
merespons dengan bilang “saya ya begini ini”. Sikap yang menghambat kesempatan
untuk bertumbuh.
Mengutip kata
thought leader Adam Grant:
personality
bukanlah
destiny kita. Melainkan
tendensi kita. Tidak ada seorang pun yang dibatasi dengan hanya satu cara
tertentu dalam hal berpikir, berasa, dan bertindak. Menjadi siapa kita, itu
bukan semata soal kepribadian kita, tapi lebih soal keputusan hidup. Rahasianya
adalah keputusan untuk terus belajar dan bertumbuh.
Terus belajar, baik mengenai diri sendiri
maupun hal-hal yang lain, adalah aspek yang membuat
aging terasa memikat. Jujur, dalam beberapa tahun terakhir,
membayangkan menginjak usia 50 sering terasa begitu aneh. Mungkin karena usia
50 plus sering dianggap usia pensiun di republik ini. Padahal saya tidak pernah
punya rencana buat pensiun dan masih gagal paham mau apa kalau pensiun. Saya di
camp yang percaya bahwa kalau kita
berkarya selamanya, kita akan “hidup selamanya”.
Daripada memikirkan aspek negatif
aging, hari ini, di usia saya yang ke
18.262 hari, saya memilih untuk mempertahankan komitmen untuk terus belajar dan
bertumbuh, berfokus pada hal-hal indah di sekitar, dan terus mempraktekkan
hal-hal yang membuat saya menjadi
fully
human, termasuk mencoba berkarya bagi kemanusiaan.
Saya tersenyum kalau ada yang mengucapkan
happy birthday, karena saya memang
benar-benar
happy. Semata karena saya
sedang memilih untuk bahagia.