

Investasi kini semakin mudah dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini berdampak besar pada pertumbuhan investasi di Indonesia. Tapi juga melahirkan tantangan baru, dimana pertumbuhan produk investasi baru tidak seimbang dengan edukasi produk investasinya. Kasus penipuan investasi sering terjadi karena ketidak seimbangan ini. Teori “high risk high return” kelihatannya sering dilupakan masyarakat.
Sebagai contoh, berdasarkan data dari November 2021, Satgas Waspada Investasi sudah menutup 93 entitas investasi ilegal, 708 entitas pinjaman online ilegal, dan 17 entitas gadai ilegal.

Baca juga: Metaverse dalam investasi? Mungkinkah?


Penting bagi kita semua yang ingin berinvestasi untuk memahami lebih dahulu produk investasinya, entah itu saham, crypto, P2P, NFT, obligasi dan lain-lain. Setiap produk memiliki karakter dan risiko yang berbeda, jadi perlu kita sesuaikan dengan risiko yang bisa kita tanggung dan juga sesuai dengan kondisi keuangan kita. Harus kita ingat sebutan “tidak ada free lunch”, tidak ada yang gratis, jika return-nya tinggi pasti risikonya juga seimbang.
Menjelaskan pemahaman mengenai investasi di sini terlalu panjang. Jadi, untuk Part 1, saya akan membagikan edukasi umum khusus mengenai saham dan kripto. Perlu dipahami, bahwa keduanya adalah investasi yang resmi dan menarik. Tentu saja keduanya juga memiliki risiko yang berbeda. Sebagai smart investor, kita harus bisa melihat risiko dari produk investasi yang dipilih dan sesuaikan dengan risk profile kita.
Saham
Saham secara singkat adalah kepemilikan hak atas sebagian aset perusahaan. Sebagai kepemilikan sah dalam bisnis, perusahaan memberi pemegang saham klaim atas aset dan arus kas bisnis. Hal ini menjadi bukti investasi kita dan memberikan basis untuk menghitung valuasi.
Investasi saham termasuk salah satu jenis usaha bisnis yang aman dan terbuka. Karena semua aktivitas jual dan belinya dilakukan dalam satu ruang lingkup saja, yaitu bursa efek. Investasi saham aman kalau tidak pilih saham sembarangan, karena kita bisa mempelajari perusahaannya, laporan keuangannya, dan prospeknya ke depan. Secara umum, pasar modal memiliki track record yang kuat dan jelas untuk dipelajari dan cukup transparan.
Kenapa harga saham bisa naik dan turun?
Harga saham bisa naik turun karena supply and demand. Permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun. Secara umum ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Faktor-faktornya bisa dikategorikan sebagai faktor internal, merupakan faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan, seperti ekonomi global, dan regulasi pemerintah.
Cryptocurrency
Pada umumnya, kripto tidak memiliki aset yang berwujud. Mata uang kripto adalah jenis uang digital yang dibuat dari kode computer, kripto berfungsi secara mandiri, di luar sistem perbankan dan pemerintahan. Kripto menggunakan kriptografi untuk mengamankan transaksi dan mengatur pembuatan kripto tambahan.
Kenapa harga cryptocurrency bisa naik dan turun?
Karena kripto tidak memiliki aset atau arus kas, satu-satunya hal yang menggerakkan harga kripto adalah spekulasi yang didorong oleh sentimen. Saat sentimen berubah, harga bisa berubah, dan terkadang secara drastis. Pada dasarnya, cryptocurrency didorong oleh harapan di masa depan akan ada orang yang akan membeli dengan harga lebih, fenomena ini bisa disebut juga dengan greater fool theory of investing.
Untuk memiliki investasi yang sukses di cryptocurrency, kamu harus bisa membuat seseorang membeli produkmu dengan harga lebih tinggi dari yang dibayarkan di awal. Artinya, pasar harus lebih optimis dari kamu. Faktor yang menentukan hal ini bisa dari psikologi pasar, volatilitas kripto, dan media.
Cryptocurrency umumnya tidak didukung oleh aset atau arus kas, maka sepenuhnya bergantung pada sentimen yang dapat mendorong harganya naik. Kalau trader memutuskan mereka tidak ingin memiliki mata uang kripto, harganya bisa turun sampai nol, karena tidak didukung oleh apa pun. Volatilitas sangat drastis di pasar kripto, harga naik atau turun 50% atau lebih dalam setahun adalah hal biasa.
Negara-negara lain juga ada yang sempat melarang cryptocurrency beredar, seperti yang dilakukan China di tahun 2021. Karena relatif baru, cryptocurrency belum mapan sebagai kelas aset. Meski memiliki risiko seperti saham, cryptocurrency terasa lebih spekulatif. Jika kamu dapat menanggung risiko yang ada di kripto, dan yakin akan prospeknya di masa depan, I would say why not? Go for it. Sudah ada beberapa perusahaan dan negara yang mengadopsi cryptocurrency.
Hal lain yang perlu kita perhatikan dari berinvestasi adalah risiko dan keamanan produk atau instrumen investasinya.
Jika kamu berpikir untuk berinvestasi dalam investasi berbasis market-based seperti cryptocurrency dan saham, kamu perlu mempertimbangkan toleransi risiko. Bisakah kamu menangani volatilitasnya? Bagaimana kamu merespon keuntungan dan kerugian dalam investasi?
Pada dasarnya, selagi instrumen investasi yang kita pilih itu dilindungi oleh hukum, legal, dan terdaftar, sah-sah saja untuk dimiliki dan di investasikan. Tapi jangan lupakan terlebih dahulu mempelajari produk investasinya, sudah saatnya kita tidak gampang tergiur dengan return yang tinggi. Pelajari produknya, pahami diri sendiri dalam mengambil risiko, dan yang terutama berinvestasi sesuai dengan tujuan keuangan kita.
Untuk mengenal saham lebih lanjut, kamu bisa open account Sucor Sekuritas di link ini. Selanjutkan kamu akan diarahkan untuk belajar saham mulai dari 0.
Demikian untuk Part 1-nya. Lanjut ke Part 2......
Baca artikel lainnya:
Memilih Menjadi Trader bahagia
F.I.R.E
Adakah Jalan Pintas Menuju Financial Freedom?
Kembali Menikmati Kesendirian