Mungkin saya sedikit lebay kali ini. Tetapi
sadarkah Anda, debat calon wakil presiden Amerika Serikat awal Oktober kemarin
mungkin salah satu yang paling unik di dunia – dan juga, di sepanjang sejarah.
Jika kita perhatikan baik-baik di video yang
saya kutip di bawah ini, ternyata ada orang ketiga yang ikut berlomba menjadi
‘pemimpin negara terkuat di dunia’, melawan Mike Pence dan Senator Kamala
Harris.
Ya, di saat debat berlangsung ada lalat kecil
yang ikut nimbrung di podium waktu suasana argumen sedang sangat membara!
Lucunya, lalat itu mendarat di rambut putih Mike Pence, dan langsung kelihatan
kontras, seperti kerikil di atas beras. “Lalat hitam di rambut Mike Pence,” –
saya langsung nggak fokus. “Ngapain dia kok di situ?”
Kenapa harus mendarat di rambut Pence? Kemana
dia terbang setelah nongkrong dua menit bersantai ikut pidato? Apa sih opini si
lalat soal COVID-19? Dia sudah scan suhu badan dulu sebelum masuk gedung atau
tidak? Apakah ia penyebar virus COVID? Bagaimana opini si lalat tentang
social injustice yang sedang marak di
Amerika? – tanya saya yang mungkin terlalu banyak analisa.
Maafkan jika mungkin saya agak
distracted dengan lalat tersebut – jujur
agak sulit untuk menonton seri debat calon pemimpin negara yang terus
menjelek-jelekan dan memotong pembicaraan satu sama lain daripada membangun
argumen yang kuat. Sekarang, jarang kita bisa melihat sosok negarawan yang
elegan seperti zaman dulu, tutur kata yang teratur, pidato yang sangat
menginspirasi gaya Lyndon B Johnson, atau Abraham Lincoln. Zaman itu sudah
lewat.
It feels like a distant past!
Dan bukan cuman saya sendiri yang hilang fokus,
untungnya ada banyak teman saya yang juga
distracted
dengan si lalat. Kemarin ini total lebih dari 400,000 postingan Twitter dalam
kurun waktu debat tersebut malah membahas soal lalatnya Mike Pence daripada
membahas debat...
Mungkin fenomena inilah yang membuktikan bahwa
generasi saya terlalu menikmati gangguan – atau
distraction. Kita semua, tentunya termasuk saya sendiri, menjadi
orang yang sulit fokus pada hal-hal penting. Kali ini, saya pun akui kelemahan
generasi saya ini.
Apakah itu semua ulah teknologi dan sosial
media yang membuat kita terbiasa dengan gambar, atau video untuk menyerap
informasi baru? Apa kita sudah jarang membaca yang membuat kita lebih fokus?
Suatu riset dari Microsoft bercerita bahwa
fokus manusia sudah turun jauh dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, persis
seperti zaman kemajuan teknologi dan hilangnya daya baca.
Di tahun 2000, kita hanya tahan rata-rata 12
detik untuk informasi tertentu dalam sehari.
Sekarang, parahnya, kita hanya bisa bertahan
8.25 detik! Selamat… fokus kita sekarang sudah kalah dengan gold fish yang bisa
tahan sedikit lebih lama, yakni sekitar 9 detik.
Sekarang mungkin Anda sadar bahwa kita semua
sangat mudah terkecoh dengan tajuk berita yang menipu, atau
hoax. Banyak penikmat sosial media
percaya suatu informasi hanya dari kulitnya saja.
Kebayang kan? Mungkin saja itu penyebab banyak
demo buruh yang tidak membaca tentang Omnibus Law atau RUU Cipta Kerja yang
baru saja lulus ujian kepemerintahan. Kalau hanya bisa bertahan 12 detik,
bagaimana cara rata-rata masyarakat menelaah lebih dari 900 halaman tebal dari
Omnibus Law? Pasalnya, belum membaca, tetapi langsung mendemo di jalan dan
membakar aset negara (di kasus kemarin, halte bus HI).
Mungkin itulah hikmah yang kita semua bisa
dapat dari lalat si Mike Pence. Kita diingatkan sekali lagi untuk tidak terlalu
tergiur oleh gangguan-gangguan kecil (dan hitam, bersayap?). Sebagai investor
saham, kita bisa belajar:
Jangan terlalu terpancing oleh informasi yang
setengah-setengah.
Jangan terlalu berani membeli saham tanpa
mempelajarinya.
Jangan terlalu takut saat isu-isu buruk menimpa
saham yang Anda pegang.
Jangan terlalu nafsu berjudi, dan ikut-ikutan
hanya karena teman sebelah kita cuan besar di saham gorengan.
Tetap zen, tetap sabar, dan tetap fokus.
Mungkin itu kuncinya sebagai investor di zaman sekarang. Kalau kita sabar dan
berhati-hati dalam berinvestasi, dan tahan terhadap gangguan, mungkin kita bisa
meraih keuntungan besar.
Saya ingin mengutip kalimat terkenal dari
Warren Buffet untuk menutup blog kali ini, tapi mungkin dengan sedikit
twist:
“
The
stock market is a device for transferring money from the unfocused to the
focused” atau “
Pasar saham adalah
alat untuk mentransfer uang dari orang yang tidak fokus ke yang lebih fokus.”